KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S W T , Sang Maha Pencipta dan
Pengatur Alam Semesta, berkat ridho Nya, kami akhirnya mampu menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “ORBIVIRUS”.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari
orang terdekat penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena
itu penulis tidak lupa pada kesempatan ini mengaturkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada :
1. Guru bidang studi Biologi
2. Orang Tua Kami, atas semua doa dan bantuan finansial untuk
menyelesaikan makalah ini
3. Teman-teman
Kelas XI ATPH yang telah memberikan
semangat dan motivasi bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun
akan penulis terima dengan baik.
Semoga
makalah “ORBIVIRUS” ini bermanfaat bagi kita semua.
Muara Batangtoru, Nov 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
BAB
II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
ORBIVIRUS
B. CARA PENULARAN
C. GEJALA
D. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Nama lain: Ovine Catarrhal Fever (OCF), Penyakit Lidah Biru, atau
di Indonesia dikenal sebagai BT.
Merupakan penyakit
menular pada domba ditandai dengan stomatitis kataral, rhinitis, enteritis,
pincang karena peradangan sarung kuku, abortus, kerdil dan hyperplasia
limforetikuler. Bluetongue kadang-kadang juga menyerang kambing dan sapi dengan
gejala tidak kentara, tetapi penyakit ini dapat serius pada beberapa spesies
hewan liar khususnya rusa ekor putih (Odocoileus virginianus) di Amerika Utara.
Penyakit ini sangat penting artinya pada domba, dengan tingkat keganasan yang beragam dari subklinis sampai serius tergantung kepada galur virus, bangsa domba, dan ekologi setempat. Kerugian timbul akibat kematian dan buruknya kondisi domba yang bertahan hidup.
Penyakit ini sangat penting artinya pada domba, dengan tingkat keganasan yang beragam dari subklinis sampai serius tergantung kepada galur virus, bangsa domba, dan ekologi setempat. Kerugian timbul akibat kematian dan buruknya kondisi domba yang bertahan hidup.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Orbivirus?
2. Apa penyebab penyakit dan penularannya
Orbivirus?
3. Bagaimana Gejala Serangan Orbivirus?
4. Bagaimana Cara Pengendalian Penyakit
Orbivirus?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk
mengetehui pengertian orbivirus
2. Untuk
mengetahui penyebab penyakit dan penularan orbivirus
3. Untuk
mengetahui gejala serangan orbivirus
4. Untuk Mengetahui cara pengendalian penyakit
orbivirus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Orbivirus
Orbovirus merupakan golongan virus yang yang
mempunyai virion tak berselubung dengan simetris ikosahedral yang berdiameter
60-80 nm mempunyai genom RNA untai ganda, bersegmen. Bahasa latin virus
orbivirus adalah Reoviridae.
Orbivirus
biasanya menginfeksi serangga, dan kemudian di tularkan ke vertebrata lain oleh
serangga. Terdapat sekitar 100 serotipe yang telah dikenal. Virus ini tidak
menyebabkan penyakit yang serius pada manusia, tetapi mereka bisa menyebabkan
demam. Patogen binatang yang serius diantaranya adalah virus lidah biru pada
domba dan virus penyakit kuda Afrika. Antibodi terhadap orbivirus ditemukan
pada banyak vertebrata termasuk manusia. Genom mengandung 10 segmen RNA untai
ganda, dengan ukuran total genom 18 kbp. Siklus replikasi sama dengan reovirus.
Orbivirus peka terhadap pH rendah, berlawanan dengan stabilitas rata-rata
reovirus lainnya.
pan>
Di Indonesia ditemukan pada beberapa propinsi, diantaranya Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, Bali, NTB, NTT, dan Timor Leste terdeteksi antibodinya.
Hewan Terserang
B. Cara Penularan
Distribusi vektor Bluetongue di dunia
Morbiditas dan Mortalitas
C. Gejala
Diagnosa
Bluetongue dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologis, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi virus. Kambing yang memperlihatkan lekopenia, limfopenia dan anemia adalah konsisten seperti pada domba. Antigen virus BT dalam C. variipennis dapat dideteksi dengan FAT, sedangkan antibodi grup spesifik dapat dideteksi pada minggu pertama atau kedua pascainfeksi dengan beberapa uji serologis seperti agar gel precipitation (AGP), enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) immunoprecipitating dan immunoblotting. Antibodi virus spesifik dapat dideteksi dalam waktu 9 hari pascainfeksi dengan competitive ELISA (C-ELISA). Semua protein virus struktur dan non struktur dapat dideteksi dengan immunoblotting atau dot blot immunobinding assay (DIA) dan immunoprecipitation serta fragmen DNA dapat dideteksi dengan polymerase chain reaction (PCR).
D. Pencegahan dan Pemberantasan
Kami sadari penulisan makalah ini banyak
kekurangan baik dari segi bahasa maupun dari segi penulisan, karena kami masih
dalam tahap belajar.
Sumber : Buku Paket Mata Pelajaran Biologi Kelas XI SMA/SMK
A. Pengertian
Orbivirus
Orbovirus merupakan golongan virus yang yang
mempunyai virion tak berselubung dengan simetris ikosahedral yang berdiameter
60-80 nm mempunyai genom RNA untai ganda, bersegmen. Bahasa latin virus
orbivirus adalah Reoviridae
Etiologi
Bluetongue disebabkan oleh Orbivirus dari famili Reoviridae. Virus ini memiliki antigenik atau sifat biokimia yang sama dengan penyakit Epizootic Haemorrhagic pada rusa dan Ibaraki pada sapi.
Bluetongue disebabkan oleh Orbivirus dari famili Reoviridae. Virus ini memiliki antigenik atau sifat biokimia yang sama dengan penyakit Epizootic Haemorrhagic pada rusa dan Ibaraki pada sapi.
Di dunia terdapat 24
strain virus BT dan beberapa serotipe terjadi reaksi silang. Distribusi
serotipe di masing-masing Negara berbeda-beda.
Patogenesis
Virus BT mengadakan perbanyakan dalam sel hemopoietik dan sel endotel pembuluh darah, yang kemudian menyebabkan lesi epithelial BT yang tersifat. Viremia biasanya terjadi pada stadium awal penyakit. Domba dewasa kadang-kadang menderita viremia paling lama 14-28 hari, dan pada sapi virus dapat bertahan selama 10 minggu.
Virus BT mengadakan perbanyakan dalam sel hemopoietik dan sel endotel pembuluh darah, yang kemudian menyebabkan lesi epithelial BT yang tersifat. Viremia biasanya terjadi pada stadium awal penyakit. Domba dewasa kadang-kadang menderita viremia paling lama 14-28 hari, dan pada sapi virus dapat bertahan selama 10 minggu.
Epidemiologi
Distribusi Geografis
Bluetongue tersebar luas
di dunia. Afrika dilaporkan telah ditemukan lebih dari 100 tahun lalu, kemudian
terjadi pula di Siprus, Yunani, Israel, Portugal, Spanyol, Turki, Lebanon,
Oman, yaman, Syria, Saudi Arabia, Mesir, Pakistan, India, Bangladesh, Jepang,
Amerika Serikat, Amerika Latin, Kanada, Australia, New Zealand, Papua New
Guinea, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Di Indonesia ditemukan pada beberapa propinsi, diantaranya Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, Bali, NTB, NTT, dan Timor Leste terdeteksi antibodinya.
Hewan Terserang
Bluetongue menyerang
domba, kambing, sapi, kerbau, dan ruminansia lain seperti rusa. Domba merupakan
hewan paling peka terutama yang berumur 1 tahun, sedangkan anak domba yang
masih menyusui relative tahan karena telah memperoleh kekebalan pasif dari
induk (antibodi maternal) dan antibodi ini biasanya bertahan sampai 2 bulan.
Ras domba Inggris dan Merino lebih peka dibandingkan dengan domba Afrika.
Ras domba Inggris dan Merino lebih peka dibandingkan dengan domba Afrika.
B. Cara Penularan
Penyakit terutama
ditularkan melalui vektor Culicoides sp. Berbagai spesies telah dilaporkan
yaitu Culicoides pallidipennis, C. variipennis, C. brevitarsis, C. marksi, C.
immicola, C. insignis, C. wadai, C. actoni, C. orientalis, C. shortii, dan C.
peregrines.
Kebanyakan kasus BT terjadi pada akhir musim panas dan awal musim gugur saat populasi vektor tinggi. Tidak terjadi penularan secara kontak dan kejadian penyakit adalah musiman. Kejadian penyakit di suatu daerah terjadi karena ada domba, kambing atau sapi terinfeksi masuk bersama-sama dengan vektor.
Kebanyakan kasus BT terjadi pada akhir musim panas dan awal musim gugur saat populasi vektor tinggi. Tidak terjadi penularan secara kontak dan kejadian penyakit adalah musiman. Kejadian penyakit di suatu daerah terjadi karena ada domba, kambing atau sapi terinfeksi masuk bersama-sama dengan vektor.
Penularan penyakit
melalui pasenta dapat terjadi, tetapi virus ini tidak ditularkan melalui kontak
atau melalui produk hewan terinfeksi.
Distribusi vektor Bluetongue di dunia
Negara
Serotipe
Australia C. brevitarsis, C. Wadai, C. actoni, C. fulvus, Spanyol C. imicola Turki C. imicola Afrika Selatan C. imicola Amerika Serikat C. variipennis, C. insignis Papua New Guinea C. brevitarsis, C. wadai, C. actoni, C. fulvus, C. brevipalpis, C. perregrinus, C. orientalis, C. nudipalpis dan C. acystoma Kepulauan Solomon C. brevitarsis Indonesia C. brevitarsis, C. wadai, C. actoni, C. fulvus, C. acystoma, C. brevipalpis, C. perregrinus, C. orientalis, C. nudipalpis dan C. flavipunctatus Inggris C. imicola Malaysia C. perregrinus, C. orientalis dan C. shortti
Serotipe
Australia C. brevitarsis, C. Wadai, C. actoni, C. fulvus, Spanyol C. imicola Turki C. imicola Afrika Selatan C. imicola Amerika Serikat C. variipennis, C. insignis Papua New Guinea C. brevitarsis, C. wadai, C. actoni, C. fulvus, C. brevipalpis, C. perregrinus, C. orientalis, C. nudipalpis dan C. acystoma Kepulauan Solomon C. brevitarsis Indonesia C. brevitarsis, C. wadai, C. actoni, C. fulvus, C. acystoma, C. brevipalpis, C. perregrinus, C. orientalis, C. nudipalpis dan C. flavipunctatus Inggris C. imicola Malaysia C. perregrinus, C. orientalis dan C. shortti
Morbiditas dan Mortalitas
Tingkat morbiditas dan
mortalitas bervariasi tergantung dari populasi vector dan status hewan. Jika
penyakit terjadi pertama kali di suatu daerah maka tingkat morbiditas bias
mencapai 50-75% dan mortalitas 20-50%, selanjutnya setelah terjadi kekebalan
kelompok dan populasi vektor rendah maka tingkat morbiditas dan mortalitas
menjadi rendah pula.
C. Gejala
Pada infeksi percobaan,
masa inkubasi penyakit 2-4 hari, ditandai dengan demam tinggi (40,5-41°C) yang
berlangsung 5-6 hari.
Pada domba, penyakit ini
dicirikan oleh demam yang dapat berlangsung beberapa hari sebelum hiperemia,
pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), dan buih pada mulut menjadi
kentara; cairan hidung pada awalnya encer kemudian menjadi kental dan bercampur
darah. Bibir , lidah, gusi dan bantalan gigi bengkak dan oedema. Jika selaput
lender mulut terkikis lama-kelamaan akan berubah menjadi bentuk luka dan air
liur terangsang keluar dan mulut berbau busuk.
Luka-luka tersebut juga dapat ditemukan di bagian samping lidah. Hewan sulit
menelan ludah dan gerak pernafasannya meningkat, sering pula diikuti dengan
diare dan disentri. Luka juga dapat ditemukan pada teracak mengakibatkan kaki
pincang dan, sering rebah-rebah, malas berjalan dan menyebabkan rasa sakit yang
hebat. Kepala sering dibengkokkan ke samping mirip penyakit milk fever.
Bulu-bulu wool rontok dan kotor.
Penyakit yang menyerang rusa serupa, sebaliknya pada sapi tidak kentara dan jarang bersifat akut. Pada pedet dan anak domba yang terinfeksi in utero, viremia dapat terjadi pada saat lahir dan berlangsung sampai beberapa hari.
Penyakit yang menyerang rusa serupa, sebaliknya pada sapi tidak kentara dan jarang bersifat akut. Pada pedet dan anak domba yang terinfeksi in utero, viremia dapat terjadi pada saat lahir dan berlangsung sampai beberapa hari.
Pada kambing, gejala yang terlihat berupa demam, konjungtivitis, lekopenia dan kemerahan
pada selaput lender mulut.
Diagnosa
Bluetongue dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologis, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi virus. Kambing yang memperlihatkan lekopenia, limfopenia dan anemia adalah konsisten seperti pada domba. Antigen virus BT dalam C. variipennis dapat dideteksi dengan FAT, sedangkan antibodi grup spesifik dapat dideteksi pada minggu pertama atau kedua pascainfeksi dengan beberapa uji serologis seperti agar gel precipitation (AGP), enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) immunoprecipitating dan immunoblotting. Antibodi virus spesifik dapat dideteksi dalam waktu 9 hari pascainfeksi dengan competitive ELISA (C-ELISA). Semua protein virus struktur dan non struktur dapat dideteksi dengan immunoblotting atau dot blot immunobinding assay (DIA) dan immunoprecipitation serta fragmen DNA dapat dideteksi dengan polymerase chain reaction (PCR).
Virus BT sering sulit diisolasi di laboratorium. Peluang untuk mengisolasi
virus meningkat bila darah diambil dari hewan yang menunjukkan tanda-tanda
klinis awal atau demam yang hebat, dan isolasi virus kemungkinan besar berhasil
bila lapis sel darah putih diinokulasikan secara intravena ke dalam embrio ayam
umur 10 atau 11 hari.
Diagnosa Banding
Penyakit ini memiliki gejala klinis yang sangat
mirip dengan penyakit Epizootic Haemorrhagic pada rusa, tetapi dapat dibedakan
secara serologis dan sifat pertumbuhan virus pada telur ayam berembrio
disamping itu tingkat kematian pada epizootic haemorrhagic tinggi dan menyerang
segala umur.
BT juga mirip dengan beberapa penyakit, Orf atau
Contagious Ecthyma, Ulcerative Dermatosis dan Sheep Pox. Sheep pox umumnya
ditandai dengan tingkat kematian yang tinggi dengan lesi pox yang tersifat.
D. Pencegahan dan Pemberantasan
Virus BT sekarang
diketahui dapat menginfeksi ruminansia di tiap benua yang ada ternaknya.
Geografi dan iklim mendorong terjadinya epidemik lidah biru di daerah tertentu
tergantung kepada masuknya vektor serangga ke daerah yang ternaknya rentan.
Hewan yang sakit dipisah dan tidak memasukkan hewan tertular ke daerah yang bebas. Melakukan penyemprotan dengan insektisida pada kandang atau lokasi disekitarnya untuk mengurangi populasi nyamuk dan vektor mekanis lainnya.
Hewan yang sakit dipisah dan tidak memasukkan hewan tertular ke daerah yang bebas. Melakukan penyemprotan dengan insektisida pada kandang atau lokasi disekitarnya untuk mengurangi populasi nyamuk dan vektor mekanis lainnya.
Pengendalian melalui vaksinasi sangat perlu di
daerah endemik virus BT yang virulen. Vaksin BT telah dikembangkan yaitu vaksin
hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup yang dilemahkan seringkali menimbulkan
kasus pascavaksinasi, sedangkan vaksin mati lebih aman, akan tetapi daya
rangsangan pembentukan antibodi sangat lemah dan pemberian dosis yang besar.
Penelitian selanjutnya dikembangkan vaksin rekayasa genetik yaitu digunakan
vaksin yang berasal dari protein P2 virus BT dan disuntikkan 3X100mcg P2 yang
dapat memproteksi 100% dan titer antibodi yang tinggi setelah 40-42 hari.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Orbivirus adalah salah satu virus yang menyebabkan lidah biru pada
hewan biri-biri. Orbovirus
merupakan golongan virus yang yang mempunyai virion tak berselubung dengan
simetris ikosahedral yang berdiameter 60-80 nm mempunyai genom RNA untai ganda,
bersegmen. Dan tergolong kepada Reoviridae
B. SARAN
Agar di dalam karya tulis ini bisa
bermanfaat , kami sebagai penulis menyarankan :
1. Belajar dan tahu mengenai berbagai virus dan manfaat positif
dan negatif nya.
2. Mengerti berbagai klasifikasi virus
Sumber : Buku Paket Mata Pelajaran Biologi Kelas XI SMA/SMK
No comments:
Post a Comment